Sabtu, 08 Februari 2020

makalah olahraga



Makalah Olahraga




 

Disusun Oleh :
Nama : Ahmad Mu’afiy
Kelas : X Multimedia 4

Kata Pengantar

   
   Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran.
    Dalam makalah ini, penulis akan sedikit menjelaskan tentang "Penaggulanagn Banjir Dan Olahraga Pencak Silat Dan Renang" dengan segala permasalahannya.
   Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai keterbatasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya.
   Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
    Penulis berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Amin.



                                                                                        Ahmad Mu’afiy





DAFTAR ISI                                                                                                                                                                                 

DAFTAR ISI ............................................................................................................  2
BAB I : PENDAHULUAN …….................………………………………..........… 3
1.1  Latar Belakang ..............................................................................................  3
1.2  Rumusan Masalah .........................................................................................  3
1.3  Tujuan ...........................................................................................................  4
BAB II : PEMBAHASAN.………………................…………………….....……..  4
2.1  Topik I : Penanggulangan Banjir ...................................................................  4
I. Latar Belakang..................................................................................................... 4
II. Peran Pemerintah Kota....................................................................................... 5
III. Partisipasi Warga Masyarakat............................................................................ 6
IV. Akuntabilitas Pemerintah dan Warga Masyarakat.............................................. 7
V. Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punish)................................................... 8
2.2  Topik II : Pencak Silat................................................................................... 8
A.   Bagimana sejarah singkat pencak silat?........................................................ 8
B.   Apa gerakan dasar dalam pencak silat?......................................................... 9
C.   Aspek dan bentuk apa saja dalam pencak silat?........................................... 14
D.    Nilai Positif apa yang dapat diambil dari pencak silat?..................................  14
E.    Jenis-jenis organsisasi pencak silat............................................................... 15
2.3  Topik III : BULUTANGKIS .................................................................................   15
A. Sejarah ................................................................................................................. 15
B. Peraturan.............................................................................................................. 16
C. Teknik/Skill............................................................................................................ 19
D. Sarana/Prasarana.................................................................................................. 23
BAB III : PENUTUP …..…………..........................…………….....…………….  24
3.1  Kesimpulan ..................................................................................................  24
3.2  Saran ............................................................................................................  25

BAB I                                                                                                                                                                                             
PENDAHULUAN
  1.1            Latar Belakang
Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Kegiatan olahraga mencakup berbagai macam cabang seperti bola besar, bola kecil, atletik, dan lain - lain. Sebagai contoh yang biasa dibahas dalam bidang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yakni terutama dalam bidang Atletik, Pencak Silat, dan Renang sebagai topik pembahasan dalam makalah kami.
Adapun latar belakang khusus pembuatan makalah ini yakni terutama untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan sebagaimana ditentukan, kemudian juga dipergunakan untuk dasar pembelajaran kami dalam mata pelajaran tersebut.
2.1       Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
Ø  Topik 1 : Penanggulangan Banjir
I. Latar Belakang
II. Peran Pemerintah Kota
III. Partisipasi Warga Masyarakat
IV. Akuntabilitas Pemerintah dan Warga Masyarakat
V. Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punish)

Ø  Topik 2 : Pencak Silat
1)   Bagimana sejarah singkat pencak silat?
2)   Apa geakan dasar dalam pencak silat?
3)   Aspek dan bentuk apa saja dalam pencak silat?
4)    Nilai Postif apa yang dapat diambil dari pencak silat?
5)    Jenis-jenis organsisasi pencak silat
Ø  Topik 3 : Bulutangkis
1.      Bagaimana sejarah permainan Bulu tangkis?
2.      Apa sajakah peraturan dalam permainan bulu tangkis?
3.      Dan bagaimana teknik dasar dalam bermain permainan bulu tangkis?                                                   
3.1       Tujuan                                                                                                                                                                             
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Ø  Untuk menambah pengetahuan tentang Atletik.
Ø  Untuk menambah wawasan tentang sejarah Atletik dan Pencak Silat dan Renang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TOPIK I : PENANGGULANGAN BANJIR
I. Latar Belakang

Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan terulang tiap tahun, menuntut upaya lebih besar untuk mengantisipasinya, sehingga kerugian material dapat diminimalkan. Berbagai upaya pemerintah kota yang bersifat struktural (structural approach), ternyata belum sepenuhnya mampu menanggulangi masalah banjir di Kota Banda Aceh. Penanggulangan banjir, selama ini lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir untuk mengurangi dampak bencana, meskipun kebijakan non fisik yang umumnya mencakup partisipasi warga dalam penanggulangan banjir sudah dirancang, namun belum diimplementasikan secara baik, bahkan tidak sesuai kebutuhan warga, sehingga efektifitasnya dipertanyakan. Kebijakan sektoral, sentralistik, dan top-down tanpa melibatkan warga sudah tidak sesuai dengan perkembangan global yang menuntut desentralisasi, demokrasi, dan partisipasi stakeholder, terutama warga yang terkena bencana. Pertanyaannya adalah Apa dan bagaimana peran Pemerintah? siapa yang disebut warga ? Seberapa jauh warga dapat berpartisipasi? Dan pada tahapan mana warga dapat berpartisipasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus menjadi pertimbangan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan partisipasi warga dalam penanggulangan banjir. Kekeliruan perumusan kebijakan tersebut menyebabkan berbagai kepentingan individu/kelompok lebih dominan, kemudian kebijakan dimanfaatkan untuk kepentingan negatif dan dapat merusak tatanan tata ruang kota yang telah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.  Akibatnya kebijakan yang ditetapkan tidak efektif, bahkan batal. Dengan demikian, penanggulangan banjir yang hanya selalu pembangunan fisik (structural approach) yang cukup menguras kantong APBK, harusnya disinergikan dengan pembangunan non fisik (non-structural approach), yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya partisipasi warga dalam komunitas-komunitas lingkungan hidup dalam peningkatan kesadaran warga mengenai pentingnya melindungi lingkungan untuk pencegahan banjir, agar hasilnya lebih optimal.  Dari gambaran di atas, maka kebijakan penanggulangan banjir yang bersifat fisik dari pemerintah kota, harus diimbangi dengan langkah-langkah non-fisik, sehingga peran warga dan stakeholder lainnya diberi tempat dan ruang yang sesuai. Supaya penanggulangan banjir lebih integratif dan efektif, diperlukan tidak hanya koordinasi di tingkat pelaksanaan, tetapi juga di tingkat perencanaan kebijakan (Qanun), termasuk partisipasi warga dan stakeholder lainnya. Atas pertimbangan tersebut, sebagai institusi yang ditugaskan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan, Bappeda mengkaji kebijakan penanggulangan banjir yang komprehensif dan tidak bias sektor dan wilayah (Rancangan Tata Ruang Kota), dengan penekanan pada partisipasi warga dalam penanggulangan banjir.

Secara umum penyebab utama banjir adalah perubahan dan eskalasi perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan. Di kawasan budidaya telah terjadi perubahan tata ruang secara massive, sehingga daya dukung lingkungan menurun drastis. Pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri telah mengubah keseimbangan fungsi lingkungan, bahkan kawasan retensi banjir (retarding basin) yang disediakan alam berupa tandon-tandon air (kolam retensi) telah juga dihabiskan.  Keadaan ini secara signifikan menurunkan kapasitas penyerapan air secara drastis. Kondisi ini diperparah dengan sistem drainase permukiman yang kurang memadai, sehingga pada curah hujan tertentu, menimbulkan genangan air di mana-mana. Selain itu, lemahnya penegakan hukum ikut mendorong tumbuh dan berkembangnya permukiman ilegal di bantaran sungai, bahkan masuk ke badan sungai. Keadaan ini makin memperburuk sistem tata air lingkungan, karena kapasitas tampung dan pengaliran sungai menurun dan terjadilah luapan air.

II. Peran Pemerintah Kota

Peran pemerintah kota dalam hal ini Kota Banda Aceh dalam rangka penanggulangan banjir telah dilaksakan dengan baik itu dengan melakukan kegiatan-kegiatan fisik sesuai dengan mekanisme dan kebijakan yang telah dicantumkan dalam perencanaan  yang mengacu pada tata ruang kota yang terintegrasi.

Parameter kebehasilan peranan Pemerintah Kota dapat diukur dengan berkurangnya titik-titik simpul banjir atau simpul genangan yang dahulu terdeteksi sebagai daerah rawan genangan banjir yang cukup luas cakupan atau sebaran genangannya. Pembangunan berkelanjutan dan langkah pencegahan/preventif dari pemerintah kota Banda Aceh telah diupayakan secara berkala dan secara maksimal antara lain sebagai berikut :

SDAA1.1

Dengan melakukan pengerukan sedimentasi lumpur atau tumpukan sampah yang berada didalam saluran drainase kota secara intensif dan tepat, langkah ini cukup manjur untuk mengurangi genangan ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Dengan keberhasilan metode ini Pemerintah Kota mendapatkan apresiasi di pemerintah pusat dengan mendapatkan kendaraan penyedot/penghisap lumpur untuk mengoptimalkan kinerja saluran drainase kota selain dengan perangkat manual.
Langkah lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kota adalah perbaikan pintu-pintu air, rumah pompa dan bangunan air lainnya, kendala yang terjadi mengapa beberapa tahun yang lalu sering terjadi genangan banjir di Kota Banda Aceh adalah karena tidak berfungsinya pintu-pintu air serta tidak efektifnya bangunan air dalam melakukan fungsinya dan langkah ini telah dilaksanakan dengan memperbaiki dan mengganti dan menambah seluruh perangkat bangunan air yang diperlukan sehingga kinerja dari semua bangunan air teresbut berfungsi secara maksimal ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi ataupun mendapat banjir kiriman dari hulu yaitu dari DAS Krueng Aceh maupun banjir ROB mengingat kota Banda Aceh yang berbatasan langsung dengan laut yang terletak di pesisi barat dari propinsi Aceh.SDAA1.2
Langkah selanjutnya adalah perbaikan kinerja pelaksana lapangan dalam hal ini petugas ataupun aparatur yang melakukan pengawasan, pemantauan, operasi dan pemeliharaan bangunan air. Bangunan air yang baik tanpa dimanajerial dengan baik oleh petugas/aparatur tidak akan menjamin keterlaksana fungsi dan kinerja bangunan tersebut, maka tidak dipungkiri kinerja sumber daya manusia yang terlibat dalam penanggulangan genangan banjir perlu terkoordinasi dengan baik, dan hal ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kota dengan membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan pengawasan ketika terjadi hujan di wilayah Kota Banda Aceh ataupun terjadi banjir kiriman maupun meningkatnya tinggi muka air laut akibat terjadinya pasang laut. Petugas TRC ini selalu melakukan pemantau dengan intensif untuk memastikan kinerja bangunan-bangunan air berfungsi dengan baik.
Langkah selanjutnya adalah membuat kebijakan (Qanun) secara komferehensif untuk mencegah terjadinya bencana banjir dengan telah memberlakukan Qanun Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009- 2029 yang mengatur tentang mekanisme penataan ruang kota dan peruntukannya (Isi Qanun yang berkaitan dengan Sumber daya Air juga).
Dalam rangka mengurangi dampak banjir, telah disusun berbagai kebijakan dan program penanggulangan, baik yang bersifat prevention, intervention maupun recovery. Pada tahap pra bencana dilakukan: (1) membuat peta rawan bencana; (2) membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi, dan memelihara sungai, tampungan air, dan drainase beserta peralatan dan fasilitas penunjangnya; (3) menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai; (4) membuat peta daerah genangan banjir; (5) sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan banjir; (6) menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah aliran sungai; (7) menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat banjir lainnya; (8) membuat sumur resapan; (9) pemantapan Satkorlak PBP; (10) merevisi tata ruang kota secara terkoordinasi dan terintegrasi; (11) mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan daerah hulu; (12) membuat penampungan air berteknologi tinggi; (13) menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan wilayah sungai (SWS) dan memberdayakan kelembagaan pengelolaan SWS dalam hal ini berkoordinasi dengan Balai Sungai; (14) membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah; (15) mereboisasi kota dengan taman/hutan kotanya; (16) mendirikan Posko banjir di wilayah RT/ RW.
III. Partisipasi Warga Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih baik dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. pembentukan Stakeholder atau masyarakat perduli banjir secara umum dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

Beneficiaries, adalah komunitas masyarakat yang mendapat manfaat/dampak secara langsung maupun tidak langsung;
Intermediaries, kelompok atau komunitas masyarakat atau perseorangan yang dapat memberi pertimbangan atau fasilitasi dalam penanggulangan banjir, antara lain: konsultan, pakar, LSM, dan profesional di bidang Sumber Daya Air;
Community Care, komunitas masyarakat yang perduli dengan lingkungan sebagai langkah preventif yang secara sadar dan terbuka memberikan sumbangsih pemikiran baik secara keilmuan maupun berdasarkan pengalaman non keilmuan mereka;
Aparatur Gampong, aparatur gampong dalam hal ini adalah aparatur desa yang memiliki dedikasi yang tinggi dan bertanggung jawab terhadap wilayahnya, aparatur Gampong dapat menggerakan komunitas warganya dalam wadah atau dalam kegiatan gotong royong Gampong. Aparatur Gampong ini menjadi ujung tombak dalam memberikan pengertian kepada warganya akan kesadaran tentang masalah banjir dan tindakan pencegahannya. Tingkatan atau struktur aparatur Gampong terdiri dari Keucik dan jajarannya, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT) dan Pemuda Gampong sebagai penggerak komunitas ini. Aparatur gampong tentu tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari Pemeritah Kota, maka sinergifitas antar lembaga pemeritah kota dengan pemerintah gampong harus terjadi singkronisasi.
Partisipasi dari keempat Stakeholder dari masyarakat tersebut di atas dibentuk untuk mewujudkan keinginan bersama agar pengalaman yang lalu ketika terjadi banjir tidak akan terulang lagi, sehingga tingkat kesadaran pada masyarakat membentuk komunitas-komunitas ini dapat menjadi penggerak sebagai agen of change bagi warga kota Banda Aceh.

IV. Akuntabilitas Pemerintah dan Warga Masyarakat

Sejalan dengan tuntutan masyarakat akan keterbukaan dalam program-program pemerintah, maka akuntabilitas pemerintah dapat dinilai dari sejauh mana partisipasi masyarakat dan pihak terkait (stakeholder) dalam program pembangunan. Partisipasi masyarakat, dapat dimulai dari tahap kegiatan pembuatan konsep, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta evaluasi dan pengawasan. Penentuan dan pemilahan stakeholder dilakukan dengan metode Stakeholders Analysis yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1) identifikasi stakeholder; (2) penilaian ketertarikan stakeholder terhadap kegiatan penanggulangan banjir; (3) penilaian tingkat pengaruh dan kepentingan setiap stakeholder; (4) perumusan rencana strategi partisipasi stakeholder dalam penanggulangan banjir pada setiap fase kegiatan.

Semua proses dilakukan dengan mempromosikan kegiatan pembelajaran dan peningkatan potensi masyarakat, agar secara aktif berpartisipasi, serta menyediakan kesempatan untuk ikut ambil bagian, dan memiliki kewenangan dalam proses pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya dalam kegiatan penanggulangan banjir. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanggulangan banjir terdiri dari tujuh tingkat yang didasarkan pada mekanisme interaksinya, yaitu: (1) penolakan (resistance/opposition); (2) pertukaran informasi (information-sharing); (3) konsultasi (consultation with no commitment); (4) konsensus dan pengambilan kesepakatan bersama (concensus building and agreement); (5) kolaborasi (collaboration); (6) pemberdayaan dengan pembagian risiko (empowerment-risk sharing); (7) pemberdayaan dan kemitraan (empowerment and partnership). (5) lemahnya penegakan hukum; (6) kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah; (7) terbatasnya dana pemerintah.

V. Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punish)

Penghargaan (Reward) dan hukuman (Punish) merupakan keperdulian pemerintah kota terhadap perbaikan kota, penghargaan perlu diberikan kepada masyarakat atau warga serta komunitas masyarakat yang memberikan sumbangsih besar terhadap keberhasil program pemerintah, parameter yang menjadi acuan adalah tingkat keberhasilan komunitas tersebut ditinjau dari hasil dan manfaat yang diperoleh yakni makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan perlindungan lingkungan mereka terhadap bencana banjir (Flood Disaster), sehingga hasil yang didapatkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat kota. Sebaliknya adanya hukuman (Punish) dalam hal ini bukan dalam bentuk hukuman dalam ranah hukum, namun memberikan kesadaran bagi warga masyarakat bahwa ketidak perdulian terhadap lingkungan akan berdampak pada bereaksinya alam (hukuman) bagi warga masyarakat. Sebelum hukuman dari alam maka kesadaran yang tinggi dari warga masyarakat dan dari seluruh unsur perlu ditingkatkan.

2.2 TOPIK II : PENCAK SILAT



A.    SEJARAH
Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki cara dalam melindungi diri dan mempertahankan hidupnya dari tantangan alam, sehingga mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti : gerakan kera, harimau, ular, burung elang. Bela diri juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Bela diri juga sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan besar, seperti kerajaan Sriwijaya, dan Majapahit, yang mana memilik pendekar-pendekar dan prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Sedangkan menurut penilit silat Donald F. Draeger, untuk mengetahui sejarah dan berkembangnya silat dapat dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda silat di Candi Prambanan dan Borobudor. Sementara itu Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual.
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Beberapa organisasi silat nasional maupun internasional mulai tumbuh dengan pesat. Seperti di Asia, Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

3)  Gerakan Dalam Pencak Silat
a)    Teknik
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.
b)    Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
a)  Teknik
Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat. Bentuk-bentuk gerakan dasar antara lain:

1)  Belaan
pembuangan-tangkisan-hindaran/elakan-pelepasan kuncian-tangkapan
Belaan adalah suatu usaha mempertahanka diri yang dilakukan baik dengan tangan maupun kaki sewaktu menerima serangan.
Macam-macam belaan antara lain:
1). Pembuangan:
Pembuangan adalah teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.
2). Tangkisan
Tangkisan adalah teknik belaan dengan cara mengadakan kontak langsung (benturan) terhadap serangan lawan, dengan jalan membendung atau mengalihkan serangan. Berbagai posisi dalam menangkis dapat dilakukan, baik dengan melangkah maupun diam di tempat, dengan memperhitungkan posisi terbaik atau menguntungkan untuk melakukan serangan balasan yang cepat. Yang perlu diperhatika dalam tangkisan adalah koordinasi antara sikap kuda-kuda, sikap tubuh dan sikap tangan.
Adapun tangkisan terdiri dari dua macam, yaitu:
- Tangkisan (benturan) dengan tangan
- Tangkisan (benturan) dengan kaki
3). Hindaran/elakan
Hindaran/elakan adalah teknik belaan dengan cara memindahkan sasaran dari lintasan serangan.
Teknik elakan dapat dilakukan dengan cara:
- Melangkah dengan satu kaki
- Di tempat
- Memindahkan dua kaki
Elakan yang baik adalah dapat menghindarkan serangan dan dapat melakukan gerakan lanjuta (pola sambut) dengan baik).
4). Pelepasan Kuncian
Pelepasan kuncian adalah usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan, dilakukan dengan cara menggunakan satu tangan atau dua tangan.
2)  Serangan
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.
a). dengan tangan: pukulan-colokan-tebasan-sodokan-sikutan-kuncian
b). dengan kaki: tendangan-dengkulan-menjatuhkan (serampang, ungkit, sapu)
Macam-macam serangan yanga dapat dilakukan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


a). Serangan dengan tangan
serangan dengan tangan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu mengepal, terbuka dan terbuka sebagian dengan memperhatikan lintasan serangan.
Lintasan serangan:
- ke depan lurus
- dari samping
- dari bawah
Macam-macam serangan dengan tangan antara lain:
- pukulan
- colokan
- tebasan
- sodokan
- sikutan
- kuncian
- tangkapan
b). Serangan dengan kaki
seperti pada serangan tangan, serangan dengan kaki juga memperhatikan unsur-unsur teknik tersebut di atas untuk mengembangkan teknik yang benar. Untuk memantapkan serangan kaki perlu diperhatikan cara melatih kekuatan dan keseimbangan kaki tumpu pada waktu melakukan tendangan dan sikap tubuh serta sikap tangan yang baik, sehingga teknik tendangan menjadi baik dan dapat melakukan sikap atau tindakan berikutnya setelah melakukan tendangan.
Adapun macam-macam serangan kaki adalah:
1). Tendangan
Sikap awal menendang perlu dilatih dari berbagai sikap dan posisi.
Macam tendangan adalah:
- tendangan ke arah depan (A, T)
- tendangan dari samping (C, Sirkel)
- tendangan belakang (B)
2). Dengkulan
Dengkulan dilakukan apabila jarak/jangkauan lawan sudah terlalu dekat.
3). Serkel
4). Menjatuhkan
Menjatuhkan dilakukan dengan cara: sapuan, ungkitan, kaitan dan guntingan.
Teknik jatuhan dapat dilakukan dengan cara:
(1). Meniadakan keseimbangan kaki tumpu (sapuan, ungkitan, kaitan dan guntingan)
(2). Meniadakan keseimbangan dengan didahului tangkapan.
b. Tujuan:
- Melatih dasar-dasar melakukan serangan dengan tangan dan kaki secara benar.
- Melatih dasar-dasar melakukan belaan dengan tangan dan kaki secara benar.
- Melatih pembentukan sikap yang benar.
c. Pelaksanaan:
- Kesalahan harus segera dibetulkan
- Pemberian aba-aba dari lambat, teratur, meningkat menjadi cepat dan mendadak
- Merangkaikan beberapa gerakan serangan (colok-tendangan-menjatuhkan)
- Merangkaikan beberapa gerakan belaan (tangkis-hindar)
- merangkaikan beberapa gerakan bela dan serang tangkis-pukul-tendang.
b)  Jurus
a.    pengertian
jurus adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencat silat (pasang-serang-bela) sebanyak 36 (tiga puluh enam) yang dilaksankan sambil melangkah.
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
b. Tujuan:
- Melatih mengembangkan suatu pola permainan pencak silat
- Menumbuhkan pengertian permainan secara teratur
- Menguasai dan meyakini teknik yang dimiliki.
c. Pelaksanaan:
- Sama dengan pembinaan senam
- Penjelasan unsur-unsur belaan dan serangan (teknik) pada masing-masing jurus.
- Penjelasan pola langkah sesuai dengan tingkatannya tentang cara berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaidah pencak silat PSHT
- Pemberian aba-aba:
~ Pelan dan teratur (untuk pemahaman dan pembentukan sikap dan teknik yang benar)
~ ditingkatkan dengan cepat dan pendadakan untuk merangsang gerak cepat dan bertenaga
~ ditingkatkan dengan memberi aba-aba satu hitungan
- Kesalahan segera dibetulkan
- Melatih menggunakan jurus secara berpasangan (2A ><>
- Melatih menggunakan pasangan minimal dua gerakan untuk satu pasang dengan peningkatan atau tambahan macam penggunaan pasang di tingkat atasnya.
·         Pasang
a. Pengertian
adalah suatu sikap gerak lemah lembut gagah berwibawa dan terbuka yang merupakan perangkap agar lawan mau menyerang, tetapi disertai kesiapan untuk melakukan belaan dilanjutkan serangan masuk
b. Tujuan:
- Melatih menyiapkan kondisi siap menyerang dan siap diserang
- Melatih meyakini jurus
c. Pelaksanaan:
- melatih perpindahan gerak dari satu gerak ke gerak lain dengan menggunakan pasang berlainan
- penggunaan pasamg masing-masing jurus
·         Pelepasan Kuncian
a. Pengertian:
adalah suatu teknik untuk melepaskan kuncian lawan dilanjutkan dengan gerakan mengunci lawan
b. Tujuan:
- Melatih mengambil bagian-bagian tubuh lawan yang lemah
- Melatih memanfaatkan bagiantubuh sendiri untuk menyerang lawan
c. Pelaksanaan:
Melatih ketepatan dan kecepatan gerak disertai tenaga
·         Belaan Belati
a. Pengertian:
adalah suatu teknik untuk menerima serangan belati dengan tangan kosong
b. Tujuan:
Melatih keberanian menghadapi lawan bersenjata
c. Pelaksanaan:
Melatih kecepatan dan ketepatan gerak disertai tenaga.
·         Senam Toya
a. Pengertian:
adalah suatu gerakan serang bela menggunakan toya yang dilakukan di
tempat
b. Tujuan:
- melatih dasar gerakan jurus toya
- melatih sikap koordinasi yang benar antara sikap tangan memegang toya dengan tubuh dan kuda-kuda kaki
- melatih gerak memegang toya dengan benar
c. Pelaksanaan:
- Pemberian aba-aba dari lambat, teratur, meningkat menjadi cepat dan mendadak
- Kesalahan segera dibetulkan
·         jurus Toya
a. Pengertian:
adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencak silat dengan menggunakan toya yang dilaksanakan sambil melangkah.
b. Tujuan dan Pelaksanaan
sama dengan jurus
4)   Aspek dan Bentuk Pencak Silat
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
1.    Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain
2.    Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
3.    Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilahsilat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
4.    Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.


5)   Manfaat Adanya Pencak Silat
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam olahraga beladiri pencak silat adalah:
1.        Kesehatan dan kebugaran
2.        Membangkitkan rasa percaya diri
3.        Melatih ketahanan mental
4.        Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi
5.        Membina sportifitas dan jiwa ksatria
6.        Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi



6)  Jenis Organisasi Pencak Silat di Tingkat Nasional maupun Internasional
1. PERSILAT : Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa
2. IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia
3. FP2STI : Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia
4. EPSF : European Pencak Silat Federation

2.3  TOPIK III : BULUTANGKIS


A.    SEJARAH
Dalam perkembangannya sejarah bulu tangkis berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahunlalu tetapi juga disebut-sebut di India dan Republik Rakyat Cina. Nenek moyang terdininyadiperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanparaket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjagakok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan
Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores danShuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat(Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya darimenyentuh tanah. Ini cukup populer untuk menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini
Dalam sejarah bulu tangkis Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina,dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka.
Olah raga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.
Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang  penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game" ("Battledore bulu tangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris.

 Sejarah Bulu Tangkis di Indonesia

Pada tahun 1992 bulu tangkis menjadi olahraga olimpiade musim panas di kejuaraan barcelona. Ketika itu tim Indonesia dan Korea Selatan masing-masing memperoleh dua medali emas. Perkembangan bulu tangkis di negara Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan pertumbuhan bangsa indonesia, saat zaman sebelum revolusi fisik, gerakan kemerdekaan, hingga saat periode zaman orde baru. Sebagian orang-orang belanda membawa jenis cabang olahraga bulu tangkis, kemudian pelajar-pelajar yang pulang dari luar negeri setelah menunutut ilmu. Hal ini yang membuat olahraga bulu tangkis bisa populer dan digemari masyarakat.
Sekitar tahun 1940 cabang olahraga bulu tangkis banyak disukai oleh seluruh lapisan masyarakat hingga pelosok negeri. Namun untuk cabang olahraga ini baru menemukan organisasi setelah tiga tahun diadakannya PON pertama di Solo tahun 1984, tepatnya tanggal 5 mei 1951.3.    Prestasi Indonesia dalam Kejuaraan Renang Internasional

Prestasi peneran Indonesia baik di tingkat Nasional maupung di tingkat Internasional sangat kurang. Menurut pengamat olahraga nasional mengenai penyebab menurunnya prestasi renang, wartawan tabloid olahraga “Bola”, Ignatius Sunito dan para pengamat olah raga lainnya mengatakan kalau masalah dana adalah penyebab utamanya. Terbatasnya dana membuat PRSI kesulitan untuk melaksanakan kompetisi renang tingkat nasional seperti dulu lagi, kurangnya rasa nasionalisme pemain, kurangnya manajemen dalam Official, kurangnya disiplin.

B.  PERATURAN

1. Peraturan Service Bulutangkis

      Servis (Service) adalah pukulan pertama ke arah lawan yang dilakukan untuk memulai suatu permainan bulutangkis. Cara melakukan service yang baik dan benar bisa dibaca. Service dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang menyeberangi jaring ke area lawan. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dinyatakan keluar dan poin untuk penerima servis. Antara partai tunggal dan ganda memiliki area servis masing-masing yang berbeda. Pengungdian service dilakukan sebelum permainan dimulai, seorang wasit melakukan pengundian terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang pertama berhak melakukan servis.

Beberapa aturan service yang perlu diperhatikan dalam pemainan bulutangkis antara lain :
§     Pada saat memukul, tigngi kepala (daun) raket harus berada dibawah pegangan raket.
§     Perkanaan kok harus berada di bawah pinggang.
§     Kaki kiri statis.
§     Kaki hanya bergeser, tetapi tidak lepas dari tanah.
§     Rangkaian mengayun raket, harus dalam satu rangkaian.
§     Penerima servis bergerak sesaat setelah servis dipukul.

Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam servis permainan olahraga bulutangkis :
§     Pada saat memukul bola, kepala (daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket.
§     Titik perkenaan kok, kepala (daun) raket lebih tinggi dari pinggang.
§     Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan.
§     Kaki kiri melakukan langkah.
§     Kaki kanan melangkah sebelum kok dipukul.
§     Rangkaian mengayun raket dan memukul kok tidak boleh terputus.
§     Penerima servis bergerak sebelum kok servis dipukul.

2. Garis Lapangan untuk Area Permainan dan Service Bulutangkis

Lapangan yang digunakan untuk pertandiangan bulutangkis antara partai ganda dan partai tunggal memiliki perbedaan. Di dalam permainan bulutangkis setiap garis lapangan memiliki fungsinya masing-masing. Garis samping memiliki 2 garis (Luar dan dalam) dan garis belakang juga memiliki 2 garis (Luar dan dalam).

Untuk area bidang permainan bulutangkis, garis samping dalam dan garis belakang luar digunakan untuk area permainan tunggal sedangkan garis samping luar dan garis belakang luar digunakan untuk area permainan untuk partai ganda.
Bidang area service permainan bulutangkis untuk partai tunggal adalah garis samping dalam dan garis belakang luar, sedangkan untuk area service untuk partai ganda adalah garis samping luar dan garis belakang bagian dalam.

3. Partai/ Bentuk Permainan Bulutangkis

Ada lima partai dalam permainan bulutangkis yang biasa dimainkan, yaitu:

§ Partai tunggal putra, yaitu permainan yang dimainkan oleh seorang pemain putra dengan seorang pemain putra dari lawan. Contoh pemain tunggal putra adalah Taufik Hidayat.
§ Partai tunggal putri , yaitu permainan yang dimainkan oleh seorang pemain putri dengan seorang pemain putri dari tim lawan. Contoh pemain tunggal putri adalah Susi Susanti.
§ Partai ganda putra, yaitu permainan yang dimainkan oleh dua orang pemain putra dengan dua orang pemain putra dari tim lawan. Contoh pemain ganda putra adalah Hendra Setiawan dan Muhammad Ahsan.
§ Partai ganda putri, yaitu permainan yang dimainkan oleh dua orang pemain putri dengan dua orang pemain putri dari tim lawan. Contoh pemain ganda putri adalah Greysia Poli dan Nitya Krishinda.
§ Partai ganda campuran,yaitu permainan yang dimainkan oleh pasangan putra putra dengan pasangan putra putra putri juga dari tim lawan. Contoh pemain ganda campuran adalah Tantowi Ahmad dan Lilyana Natsir.


4. Sistem Penilaian/ Perhitungan Point dalam permainan bulutangkis


Ada beberapa jenis penilaian atau perhitungan poin dalam badminton/ bulutangkis diantaranya adalah sistem pindah bola dan sistem reli poin. Beberapa peraturan yang diterapkan untuk perhitungan poin menggunakan sistem pindah bola dan sistem reli poin.


Sistem pindah bola dalam permainan bulutangkis
§  Sebelum pertandingan dimulai, harus ditentukan salah seorang pemain dari tiap-tiap pasangan sebagai “orang pertama”. Pilihan ini berlaku untuk setiap set yang dimainkan.
§  Jumlah poin genap atau ganjil menentukan posisi “orang pertama” saat melakukan servis.
§  Setiap pasangan mempunyai dua kali kesempatan servis (masing-masing untuk tiap pemain) sebelum pindah bola, kecuali servis pertama pada tiap-tiap awal set tidak mendapat kesempatan kedua.
§  Saat pindah bola, servis pertama selalu dilakukan oleh pemain yang berada di sebelah kanan, bukan oleh “orang pertama”.




Sistem reli poin dalam permainan bulutangkis
§  Setiap pasangan hanya mendapat satu kali kesempatan servis, tidak ada servis kedua.
§  Servis dilakukan oleh pemain yang posisinya sesuai dengan poin yang telah diraih oleh pasangan tersebut.
§  Pemain yang sama akan terus melakukan servis sampai poin berikutnya diraih oleh lawan.
Sistem perhitungan poin pada bulu tangkis telah mengalami banyak perubahan, mulai dari sistem klasik yaitu pindah bola 15 poin sampai sistem terbaru, sistem reli 21 poin. Terhitung sejak Mei 2006 pada kejuaraan resmi seluruh partai tunggal maupun ganda menggunakan sistem perhitungan 3 × 21 reli poin

           Poin tertinggi dalam setiap set adalah 21 poin kecuali jika terjadi perpanjangan (Deuce) yang dikarenakan terjadi persaingan yang sangat ketat antara kedua pemain sehingga harus diperpanjang hingga selisih jarak 2 poin sesuai dengan ketetapan. 
        Pemain bisa dikatakan menang dalam sebuah pertandingan jika pemain tunggal maupun ganda bisa memenangkan dua set pertandingan secara langsung. Jika terjadi hasil yang sama kuat dalam dua set, maka dilanjutkan dengan set permainan yang ketiga.


  C. TEKNIK / SKILL
1. Teknik Dasar Menggunakan Raket
                                                  
Memegang (grip) dalam permainan bulu tangkis terdiri atas 3 jenis, yaitu:
Cara Memegang Raket dengan Teknik Forehand
Pelaksanaannya:
o   Pegang raket di tangan kiri dan posisi raket tegak lurus.
o   Tangan kanan memegang senar.
o   Tangan kanan arahkan ke pegangan raket.
o   Telapak tangan berada pada ujung pegangan tangan.
o   Jari telunjuk agak terpisah dari jari-jari lainnya.
o   Ibu jari melingkar wajar.
o   Jari-jari lainnya agak renggang.

Cara Memegang Raket dengan Teknik Backhand
Pelaksanaannya:
Ibu jari posisinya melingkar tegak lurus di sepanjang pegangan raket.
Ibu jari ke dalam sebagai pengungkit.
Pegangan berubah dengan berputarnya raket ¼ putaran.

Cara Memegang Raket dengan Teknik Frying pen
Pelaksanaannya:

o   Letakkan raket di lantai, pegang dan angkatlah.
Bidang raket sejajar dengan tubuh.
Seperti memegang penggorengan atau palu.
2. Teknik Dasar Pukulan Forehand
Dalam melakukan permainan bulutangkis teknik dasar forehand merupakan jenis pukulan yang paling sering digunakan. Forehand adalah pukulan yang dilakukan dengan cara mengayunkan badan dari belakang ke arah depan raket dengan telapak tangan menghadap shuttlecock.
Cara Melakukan Teknik Dasar Pukulan Forehand
·         Pegang raket dengan teknik forehand.
·         Posisi kaki kiri berada di depan dan posisi kaki kanan berada di belakang.
·         Posisi badan miring ke arah kanan.
·         Pukul shuttlecocks sambil dengan menggerakan bahu ke depan.
·         Biarkan gerakan tangan terus ke bawah.
·         Apabila kamu ingin melakukan pukulan clear, pukulah shuttlecocks sekeras mungkin.
3. Teknik Dasar Footwork (Gerakan pada Kaki)
Kelincahan posisi gerakan kaki ke samping, depan dan belakang merupakan salah satu teknik yang harus diketahui. Tujuannya adalah agar kita dapat menjangkau kok dari area manapun. Sehingga jika berada di posisi yang tepat kita bisa menyerang ke daerah lawan dan melakukan pukulan yang berkualitas dan mematikan.
4. Teknik Dasar Sikap dan Posisi Badan Pada Permainan Bulutangkis
Pada posisi badan harus bertumpu kepada kedua kaki agar seimbang dalam melakukan teknik penyerangan maupun bertahan. Menekuk atau membengkokkan kedua lutut kaki, kemudian ketika berdiri menggunakan bagian ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap tegak. Posisi kedua kaki sedikit terbuka selebar bahu dengan posisi sejajar, bisa juga salah satu kaki berada di depannya. Lengan siku melebar ke samping badan sehingga tangan yang memegang raket bebas bergerak. Ketinggian kepala raket harus lebih tinggi dari kepala kita.
4.    Teknik Dasar Ketika Posisi Memukul (Hitting Position)
Jika kamu memegang raket menggunakan tangan kanan, usahakan posisi badan menyamping ke arah net dan kaki kiri berada di depan kaki kanan. Posisi badan harus berada di belakang kok yang akan dipukul dan bahu yang kanan agak ditarik ke belakang. Ketika memukul posisi bahu kanan dan kaki kanan harus ada perpindahan yaitu dari posisi belakang ke depan.
6. Teknik Dasar Service
Teknik ini dilakukan dengan mengarahkan kok ke area kanan, kiri depan maupun belakang pemain lawan. hindari melakukan service dengan posisi kok yang tanggung dan tepat berada di depan pemain lawam, hal itu akan memudahkan lawan dalam mematikan pergerakan kita. Ada 3 macam teknik service:

·         Service Forehand Pendek
Pegang bola dengan tangan kiri setinggi dada, kepala raket mengarah ke bawah.
Ayun raket ke depan, pukul dengan pelan.
Jangan menggeser kedua kaki.

·         Service Forehand Panjang
Berdiri kangkang, berat badan di kaki belakang.
Tangan kiri yang memegang bola, jatuhkan tepat di depan.
Putar badan pada saat berat badan berpindah dari kaki belakang ke kaki yang di depan.
Pergelangan tangan dan lengan berputar.
Bola dipukul tinggi dan jauh.
Sebelum bola dipukul, kedua kaki jangan bergeser.
Gerakan akhir servis, arahkan tangan melampaui bahu kiri.

·         Service Backhand
Memukul kok menggunakan raket bagian luar, jika kamu memegang raket menggunkan tangan kanan teknik ini dilakukan dengan posisi kaki kanan berada di depan sedangkan kaki kanan berada di belakang. Teknik ini menggunakan ayunan yang relatif pendek dan tidak harus dengan tenaga yang penuh. Lakukan hal sebaliknya jika kamu memegang raket menggunakan tangan kiri.
7. Teknik Dasar Overhead
Satu-satunya cara jika ingin melakukan teknik ini adalah dengan memegang dengan teknik forehand. Hal ini dilakukan karena kok berada jauh dibelakang posisi kita, pukulan ini dilakukan seperti gerakan melempar.

8. Teknik Dasar Smash
Pada teknik ini pukulan dilakukan dengan tenaga penuh dan kok harus mengarah ke bagian bawah area lawan. Pukulan ini biasanya digunakan saat posisi menyerang dan bertujuan untuk mematikan pergerakan lawan dan teknik ini lebih baik jika dilakukan dengan lompatan yang tinggi sehingga kita mendapatkan posisi pukulan yang sempurna.
9. Teknik Dasar Dropshot
Dropshot merupakan pukulan yang hampir sama dengan teknik smash, namun perbedaanya adalah pada posisi raket saat akan melakukan pukulan seperti melakukan gerakan tipuan seolah-olah seperti ingin melakukan teknik smash. Jika pada teknik smash mengguanakan kekuatan penuh, makak berbeda dengan teknik dropshot yaitu hanya dipukul dengan dorongan atau sentuhan yang halus. Seorang pemain bulutangkis yang profesional biasanya saat melakukan teknik dropshot posisi shuttlecockterjatuh tidak jauh dari net atau diantara garis ganda pemain lawan dengan net. Dalam melakukan teknik ini ada banyak faktor yang menentukan berhasil atau tidak, seperti faktor posisi tubuh, pegangan raket, pergerakan kaki dan perpindahan berat badan yang harmonis.
Cara Melakukan Teknik Dasar Dropshot
·         Pegang raket dengan teknik forehand.
·         Posisi pada saat memegang raket yaitu menyamping badan ke arah bahu.
·         Usahan bergerak dengan lincah agar mendapatkan posisi badan berada di belakang shuttlecock.
·         Pukul raket dengan posisi keadaan tangan lurus, kemudian dorong dan sentuh shuttlecock dengan pelan seperti ingin melakukan teknik smash.
·         Arahkan shuttlecock ke daerah yang kosong yaitu ke arah kanan atau kiri depan area permainan lawan.

10. Teknik Dasar Netting
Teknik netting merupakan pukulan yang tidak terlalu keras yang berada tipis di dekat net. Jarang pemain yang bisa melakukan teknik ini, karena ini harus memiliki sense yang tinggi dan teknik penempatan bola yang baik.









D. SARANA/PRASARANA
                                        
1.    Lapangan Bulu Tangkis
Lapangan bulu tangkis yang sesuai dengan peraturan International Badminton Federation (IBF) sebagai berikut.
a.    Panjang lapangan: 13,40 meter digunakan untuk partai tunggal (single) dan ganda (double).
b.    Lebar lapangan: 6,10 meter digunakan untuk partai ganda dan ukuran 5,18 meter digunakan untuk partai tunggal.

Ketentuan lain bahwa garis lapangan bulu tangkis diusahakan yang berwarna jelas dan mudah dilihat, misalnya warna putih, kuning, dan sebagainya.

2.    Net atau Jaring
Net atau jaring dibuat dari tali yang halus berwarna hijau tua. Ukuran net sebagai berikut.
a.    Panjang net : 610 cm.
b.    Lebar net: 76 cm.
c.    Pita putih di sisi atas net berukuran 3,8 cm.


3.    Tiang Net
Tiang net dibuat dari bahan yang cukup kuat, misalnya besi. Tiang net bentuknya bulat dengan jari tengah berukuran 3,8 cm. Tiang net dipasang di luar garis samping.

4.    Tinggi Net
Net dipasang di bagian tengah lapangan dengan ketinggian 1,524 meter.

5.    Kok (Shuttlecock)
Kok atau disebut shuttlecock terdiri atas kepala dan bulu kepala. Bahan untuk membuat kok (shuttlecock), yaitu gabus yang berbentuk setengah bulatan yang dilapisi dengan kulit.
Pada gabus ditancapkan bulu unggas yang jumlahnya 14 sampai 16 helai. Garis tengah gabus, yaitu 25–28 mm garis tengah diujung atas adalah 54–56 mm. Bulu-bulu itu diikat dengan benang. Ketinggian bulu dari permukaan gabus hingga permukaan atas, yaitu 64–74 mm. Kok yang standart beratnya antara 4,73–5,50 gram.

6.    Raket (Pemukul)
Alat untuk memukul kok (suttlecock) dalam permainan bulu tangkis disebut raket. Raket beratnya kurang dari 150 gram. Bahan yang digunakan untuk membuat raket yaitu:
a.    Kayu
b.    Aluminium
c.    kayu dan aluminium
d.   fiberglas, dan
e.    Arang (carbonex)


BAB III
PENUTUP
Segala sesuatu tidak akan menjadi kenyataan sebelum kita mengalami sendiri, demikian juga kreasi dan inovasi hanya akan menjadi Tulisan tidak bermakna diatas kertas sebelum direalisasikan didunia nyata, marilah kita bangun indonesia yang sehat dengan olahraga.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas bahwa olahraga telah melakukan fungsinya. Namun demikian untuk terciptanya kemajuan di bidang olahraga, maka perlu ada peningkatan sistem penyelenggaraan yaitu selain memberikan layanan dalam bentuk UKM juga memberikan layanan dalam pertandingan. Hal ini merupakan  bentuk kepedulian Nasional untuk ikut menyehatkan kehidupan bangsa melalui olahraga basket yang tepat, cepat, akurat dan relatif dapat dijangkau oleh kebutuhan masyarakat dan diharapkan mampu menciptakan atlet – atlet professional khususnya pada cabang olahraga basket yang dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia.
A.B KESIMPULAN UNTUK BANJIR
Dari uraian di atas terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kebijakan pemerintah kota tentang penanggulangan bencana masih sangat terbatas. Peraturan daerah (Qanun) yang sudah tersedia terbatas pada kegiatan mengantisipasi saja (prevention). Sedangkan kebijakan pada saat bencana menggunakan pedoman-pedoman yang dikeluarkan pemerintah pusat, dan belum berbentuk peraturan daerah. Demikian halnya pada tahapan rehabilitasi pasca bencana.
Partisipasi warga masyarakat sebagai salah satu stakeholder masih sangat kurang. Peran pemerintah masih sangat dominan pada setiap tahap bencana. Partisipasi masyarakat yang merupakan critical player pada tahap sebelum bencana, memiliki pengaruh sangat kecil dalam proses dan implementasi kebijakan. Tingkat partisipasi terbaik yang terjadi baru pada tingkat consultation. Pada beberapa kegiatan masih pada tingkat information. Di tahap ini masyarakat masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada tingkat partnership pada lingkup lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Kegiatan tanggap darurat, di saat bencana banjir datang, partisipasi masyarakat seimbang dengan stakeholder Tingkat partisipasi yang dicapai adalah partnership, baik secara individu maupun kelompok organisasi sosial. Pada tahapan rehabilitasi setelah bencana, pemerintah kembali dominan, terutama dalam kegiatan fisik. Partisipasi masyarakat hanya sebatas consultation. Tingkat partisipasi risk sharing dan partnership dilakukan lingkup lingkungan setempat.
Pendanaan penanggulangan bencana masih sangat tergantung dari APBN dan APBD Propinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama pada tahap prevention dan rehabilitation. Sumber pendanaan dari masyarakat sebagai langkah spontanitas kemanusiaan sudah berkembang di tahap tanggap darurat (intervention). Prakarsa swasta dalam pembiayaan program penanggulangan banjir (pada tahapan prevention) sudah dimulai di beberapa daerah.

B. SARAN
Supaya pertumbuhan dan perkembangan olahraga baik atletik, basket, maupun sepak bola berjalan dengan normal, maka sebagai olahragawan, harus memotivasi dan merangsang masyarakat umum (masyarakat/pelajar) dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk mencintai olahraga supaya keingintahuan tentang dunia olahraga bertambah. Supaya generasi yang akan datang lebih optimal dalam bidang olahraga sehingga dalam era globalisasi ini bangsa kita tidak tertinggal perkembangannya dalam berbagai bidang terutama dalam bidang olahraga.

B.B SARAN UNTUK BANJIR
Dalam rangka menyusun rekomendasi kebijakan partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanggulangan banjir, perlu ditetapkan lebih cermat tingkat partisipasi pada setiap tahap kegiatan, sesuai dengan jenis kegiatan penanggulangan banjir. Untuk merumuskan strategi partisipasi, juga diperlukan pengelompokan kegiatan penanggulangan banjir atas dasar: (1) besarnya dampak langsung maupun tidak langsung yang akan diterima masyarakat; (2) jumlah dan keragaman penerima dampak kegiatan; (3) intensitas biaya sosial dari suatu kegiatan yang akan diterima oleh masyarakat.

Pembentukan komunitas-komunitas lingkungan dapat memberikan dorongan pada pemerintah untuk lebih konsen terhadap perannya dalam tindakkan pencegahan sebelum banjir, pada saat banjir dan setelah banjir dan begitu juga partisipasi warga masyarakat akan sangat membantu mengurangi beban pemerintah dengan pembagian peran dan partisipasi dari seluruh warga masyarakat, sehingga terjadi suatu komunikasi yang intensif antar lembaga Pemerintah Kota dan komunitas-komunitas lingkungan dapat maksimal.

Artikel Terkait

makalah olahraga
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email


EmoticonEmoticon