Disusun
Oleh :
Nama :
Ahmad Mu’afiy
Kelas :
X Multimedia 4
Kata Pengantar
Puji dan
syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di
buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran.
Dalam
makalah ini, penulis akan sedikit menjelaskan tentang "Penaggulanagn Banjir Dan Olahraga Pencak
Silat Dan Renang" dengan segala permasalahannya.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai
keterbatasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya.
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis
berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa
saja yang membacanya. Amin.
Ahmad Mu’afiy
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
............................................................................................................ 2
BAB I : PENDAHULUAN …….................………………………………..........…
3
1.1 Latar Belakang
.............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah
......................................................................................... 3
1.3 Tujuan
........................................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN.………………................…………………….....…….. 4
2.1 Topik I :
Penanggulangan Banjir ................................................................... 4
I. Latar
Belakang.....................................................................................................
4
II. Peran Pemerintah Kota.......................................................................................
5
III. Partisipasi Warga
Masyarakat............................................................................
6
IV. Akuntabilitas Pemerintah dan Warga Masyarakat..............................................
7
V. Penghargaan (Reward) dan Hukuman
(Punish)................................................... 8
2.2 Topik II : Pencak
Silat...................................................................................
8
A. Bagimana sejarah
singkat pencak silat?........................................................ 8
B. Apa gerakan dasar
dalam pencak silat?......................................................... 9
C. Aspek dan bentuk
apa saja dalam pencak silat?........................................... 14
D. Nilai Positif
apa yang dapat diambil dari pencak silat?.................................. 14
E. Jenis-jenis
organsisasi pencak
silat............................................................... 15
2.3 Topik III :
BULUTANGKIS ................................................................................. 15
A. Sejarah
.................................................................................................................
15
B. Peraturan..............................................................................................................
16
C.
Teknik/Skill............................................................................................................
19
D. Sarana/Prasarana..................................................................................................
23
BAB III : PENUTUP …..…………..........................…………….....……………. 24
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................. 24
3.2 Saran
............................................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan
kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan
kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi
yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Kegiatan olahraga mencakup
berbagai macam cabang seperti bola besar, bola kecil, atletik, dan lain - lain.
Sebagai contoh yang biasa dibahas dalam bidang Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan yakni terutama dalam bidang Atletik, Pencak Silat, dan Renang sebagai
topik pembahasan dalam makalah kami.
Adapun latar belakang khusus pembuatan makalah ini yakni
terutama untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga &
Kesehatan sebagaimana ditentukan, kemudian juga dipergunakan untuk dasar
pembelajaran kami dalam mata pelajaran tersebut.
2.1 Rumusan
Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
Ø Topik 1 :
Penanggulangan Banjir
I. Latar Belakang
II. Peran Pemerintah Kota
III. Partisipasi Warga Masyarakat
IV. Akuntabilitas Pemerintah dan Warga Masyarakat
V. Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punish)
Ø Topik 2 : Pencak
Silat
1) Bagimana sejarah
singkat pencak silat?
2) Apa geakan dasar
dalam pencak silat?
3) Aspek dan bentuk
apa saja dalam pencak silat?
4) Nilai Postif apa
yang dapat diambil dari pencak silat?
5) Jenis-jenis
organsisasi pencak silat
Ø Topik 3 :
Bulutangkis
1. Bagaimana sejarah permainan Bulu tangkis?
2. Apa sajakah peraturan dalam permainan
bulu tangkis?
3. Dan
bagaimana teknik dasar dalam bermain permainan bulu tangkis?
3.1 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Ø Untuk menambah
pengetahuan tentang Atletik.
Ø Untuk menambah
wawasan tentang sejarah Atletik dan Pencak Silat dan Renang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TOPIK I : PENANGGULANGAN BANJIR
I. Latar Belakang
Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan
terulang tiap tahun, menuntut upaya lebih besar untuk mengantisipasinya,
sehingga kerugian material dapat diminimalkan. Berbagai upaya pemerintah kota
yang bersifat struktural (structural approach), ternyata belum sepenuhnya mampu
menanggulangi masalah banjir di Kota Banda Aceh. Penanggulangan banjir, selama
ini lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir untuk
mengurangi dampak bencana, meskipun kebijakan non fisik yang umumnya mencakup
partisipasi warga dalam penanggulangan banjir sudah dirancang, namun belum
diimplementasikan secara baik, bahkan tidak sesuai kebutuhan warga, sehingga
efektifitasnya dipertanyakan. Kebijakan sektoral, sentralistik, dan top-down
tanpa melibatkan warga sudah tidak sesuai dengan perkembangan global yang
menuntut desentralisasi, demokrasi, dan partisipasi stakeholder, terutama warga
yang terkena bencana. Pertanyaannya adalah Apa dan bagaimana peran Pemerintah?
siapa yang disebut warga ? Seberapa jauh warga dapat berpartisipasi? Dan pada
tahapan mana warga dapat berpartisipasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut, harus menjadi pertimbangan dalam merumuskan dan melaksanakan
kebijakan partisipasi warga dalam penanggulangan banjir. Kekeliruan perumusan
kebijakan tersebut menyebabkan berbagai kepentingan individu/kelompok lebih
dominan, kemudian kebijakan dimanfaatkan untuk kepentingan negatif dan dapat
merusak tatanan tata ruang kota yang telah tidak sesuai lagi dengan
peruntukannya. Akibatnya kebijakan yang
ditetapkan tidak efektif, bahkan batal. Dengan demikian, penanggulangan banjir
yang hanya selalu pembangunan fisik (structural approach) yang cukup menguras
kantong APBK, harusnya disinergikan dengan pembangunan non fisik
(non-structural approach), yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya
partisipasi warga dalam komunitas-komunitas lingkungan hidup dalam peningkatan
kesadaran warga mengenai pentingnya melindungi lingkungan untuk pencegahan
banjir, agar hasilnya lebih optimal.
Dari gambaran di atas, maka kebijakan penanggulangan banjir yang
bersifat fisik dari pemerintah kota, harus diimbangi dengan langkah-langkah
non-fisik, sehingga peran warga dan stakeholder lainnya diberi tempat dan ruang
yang sesuai. Supaya penanggulangan banjir lebih integratif dan efektif,
diperlukan tidak hanya koordinasi di tingkat pelaksanaan, tetapi juga di
tingkat perencanaan kebijakan (Qanun), termasuk partisipasi warga dan
stakeholder lainnya. Atas pertimbangan tersebut, sebagai institusi yang
ditugaskan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan, Bappeda mengkaji
kebijakan penanggulangan banjir yang komprehensif dan tidak bias sektor dan
wilayah (Rancangan Tata Ruang Kota), dengan penekanan pada partisipasi warga
dalam penanggulangan banjir.
Secara umum penyebab utama banjir adalah perubahan dan
eskalasi perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan. Di kawasan budidaya
telah terjadi perubahan tata ruang secara massive, sehingga daya dukung
lingkungan menurun drastis. Pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri telah
mengubah keseimbangan fungsi lingkungan, bahkan kawasan retensi banjir
(retarding basin) yang disediakan alam berupa tandon-tandon air (kolam retensi)
telah juga dihabiskan. Keadaan ini
secara signifikan menurunkan kapasitas penyerapan air secara drastis. Kondisi
ini diperparah dengan sistem drainase permukiman yang kurang memadai, sehingga
pada curah hujan tertentu, menimbulkan genangan air di mana-mana. Selain itu,
lemahnya penegakan hukum ikut mendorong tumbuh dan berkembangnya permukiman
ilegal di bantaran sungai, bahkan masuk ke badan sungai. Keadaan ini makin
memperburuk sistem tata air lingkungan, karena kapasitas tampung dan pengaliran
sungai menurun dan terjadilah luapan air.
II. Peran Pemerintah Kota
Peran pemerintah kota dalam hal ini Kota Banda Aceh dalam
rangka penanggulangan banjir telah dilaksakan dengan baik itu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan fisik sesuai dengan mekanisme dan kebijakan yang telah
dicantumkan dalam perencanaan yang
mengacu pada tata ruang kota yang terintegrasi.
Parameter kebehasilan peranan Pemerintah Kota dapat diukur
dengan berkurangnya titik-titik simpul banjir atau simpul genangan yang dahulu
terdeteksi sebagai daerah rawan genangan banjir yang cukup luas cakupan atau
sebaran genangannya. Pembangunan berkelanjutan dan langkah pencegahan/preventif
dari pemerintah kota Banda Aceh telah diupayakan secara berkala dan secara
maksimal antara lain sebagai berikut :
SDAA1.1
Dengan melakukan pengerukan sedimentasi lumpur atau tumpukan
sampah yang berada didalam saluran drainase kota secara intensif dan tepat,
langkah ini cukup manjur untuk mengurangi genangan ketika terjadi hujan dengan
intensitas tinggi. Dengan keberhasilan metode ini Pemerintah Kota mendapatkan
apresiasi di pemerintah pusat dengan mendapatkan kendaraan penyedot/penghisap
lumpur untuk mengoptimalkan kinerja saluran drainase kota selain dengan
perangkat manual.
Langkah lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kota adalah
perbaikan pintu-pintu air, rumah pompa dan bangunan air lainnya, kendala yang
terjadi mengapa beberapa tahun yang lalu sering terjadi genangan banjir di Kota
Banda Aceh adalah karena tidak berfungsinya pintu-pintu air serta tidak
efektifnya bangunan air dalam melakukan fungsinya dan langkah ini telah
dilaksanakan dengan memperbaiki dan mengganti dan menambah seluruh perangkat
bangunan air yang diperlukan sehingga kinerja dari semua bangunan air teresbut
berfungsi secara maksimal ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi ataupun
mendapat banjir kiriman dari hulu yaitu dari DAS Krueng Aceh maupun banjir ROB
mengingat kota Banda Aceh yang berbatasan langsung dengan laut yang terletak di
pesisi barat dari propinsi Aceh.SDAA1.2
Langkah selanjutnya adalah perbaikan kinerja pelaksana
lapangan dalam hal ini petugas ataupun aparatur yang melakukan pengawasan,
pemantauan, operasi dan pemeliharaan bangunan air. Bangunan air yang baik tanpa
dimanajerial dengan baik oleh petugas/aparatur tidak akan menjamin keterlaksana
fungsi dan kinerja bangunan tersebut, maka tidak dipungkiri kinerja sumber daya
manusia yang terlibat dalam penanggulangan genangan banjir perlu terkoordinasi
dengan baik, dan hal ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kota dengan membentuk
Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan pengawasan ketika terjadi hujan di
wilayah Kota Banda Aceh ataupun terjadi banjir kiriman maupun meningkatnya
tinggi muka air laut akibat terjadinya pasang laut. Petugas TRC ini selalu
melakukan pemantau dengan intensif untuk memastikan kinerja bangunan-bangunan
air berfungsi dengan baik.
Langkah selanjutnya adalah membuat kebijakan (Qanun) secara
komferehensif untuk mencegah terjadinya bencana banjir dengan telah
memberlakukan Qanun Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Banda Aceh Tahun 2009- 2029 yang mengatur tentang mekanisme penataan ruang kota
dan peruntukannya (Isi Qanun yang berkaitan dengan Sumber daya Air juga).
Dalam rangka mengurangi dampak banjir, telah disusun
berbagai kebijakan dan program penanggulangan, baik yang bersifat prevention,
intervention maupun recovery. Pada tahap pra bencana dilakukan: (1) membuat
peta rawan bencana; (2) membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi,
dan memelihara sungai, tampungan air, dan drainase beserta peralatan dan
fasilitas penunjangnya; (3) menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran
sungai; (4) membuat peta daerah genangan banjir; (5) sosialisasi dan pelatihan
prosedur tetap penanggulangan banjir; (6) menegakkan hukum terhadap pelanggaran
pengelolaan daerah aliran sungai; (7) menyediakan cadangan pangan dan sandang
serta peralatan darurat banjir lainnya; (8) membuat sumur resapan; (9)
pemantapan Satkorlak PBP; (10) merevisi tata ruang kota secara terkoordinasi
dan terintegrasi; (11) mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan
daerah hulu; (12) membuat penampungan air berteknologi tinggi; (13) menerapkan
pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan wilayah sungai (SWS) dan
memberdayakan kelembagaan pengelolaan SWS dalam hal ini berkoordinasi dengan
Balai Sungai; (14) membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah; (15)
mereboisasi kota dengan taman/hutan kotanya; (16) mendirikan Posko banjir di
wilayah RT/ RW.
III. Partisipasi Warga Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi
kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar masyarakat mampu
memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Pembagian kewenangan ini dilakukan
berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam
kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi
permasalahan lebih baik dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak
kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi
kegiatan berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. pembentukan
Stakeholder atau masyarakat perduli banjir secara umum dikelompokkan menjadi
empat, yaitu:
Beneficiaries, adalah komunitas masyarakat yang mendapat
manfaat/dampak secara langsung maupun tidak langsung;
Intermediaries, kelompok atau komunitas masyarakat atau
perseorangan yang dapat memberi pertimbangan atau fasilitasi dalam
penanggulangan banjir, antara lain: konsultan, pakar, LSM, dan profesional di
bidang Sumber Daya Air;
Community Care, komunitas masyarakat yang perduli dengan
lingkungan sebagai langkah preventif yang secara sadar dan terbuka memberikan
sumbangsih pemikiran baik secara keilmuan maupun berdasarkan pengalaman non
keilmuan mereka;
Aparatur Gampong, aparatur gampong dalam hal ini adalah
aparatur desa yang memiliki dedikasi yang tinggi dan bertanggung jawab terhadap
wilayahnya, aparatur Gampong dapat menggerakan komunitas warganya dalam wadah
atau dalam kegiatan gotong royong Gampong. Aparatur Gampong ini menjadi ujung
tombak dalam memberikan pengertian kepada warganya akan kesadaran tentang
masalah banjir dan tindakan pencegahannya. Tingkatan atau struktur aparatur
Gampong terdiri dari Keucik dan jajarannya, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga
(RT) dan Pemuda Gampong sebagai penggerak komunitas ini. Aparatur gampong tentu
tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari Pemeritah Kota, maka sinergifitas
antar lembaga pemeritah kota dengan pemerintah gampong harus terjadi
singkronisasi.
Partisipasi dari keempat Stakeholder dari masyarakat
tersebut di atas dibentuk untuk mewujudkan keinginan bersama agar pengalaman
yang lalu ketika terjadi banjir tidak akan terulang lagi, sehingga tingkat
kesadaran pada masyarakat membentuk komunitas-komunitas ini dapat menjadi
penggerak sebagai agen of change bagi warga kota Banda Aceh.
IV. Akuntabilitas Pemerintah dan Warga Masyarakat
Sejalan dengan tuntutan masyarakat akan keterbukaan dalam
program-program pemerintah, maka akuntabilitas pemerintah dapat dinilai dari
sejauh mana partisipasi masyarakat dan pihak terkait (stakeholder) dalam
program pembangunan. Partisipasi masyarakat, dapat dimulai dari tahap kegiatan
pembuatan konsep, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta evaluasi dan
pengawasan. Penentuan dan pemilahan stakeholder dilakukan dengan metode
Stakeholders Analysis yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1) identifikasi
stakeholder; (2) penilaian ketertarikan stakeholder terhadap kegiatan
penanggulangan banjir; (3) penilaian tingkat pengaruh dan kepentingan setiap
stakeholder; (4) perumusan rencana strategi partisipasi stakeholder dalam
penanggulangan banjir pada setiap fase kegiatan.
Semua proses dilakukan dengan mempromosikan kegiatan
pembelajaran dan peningkatan potensi masyarakat, agar secara aktif
berpartisipasi, serta menyediakan kesempatan untuk ikut ambil bagian, dan
memiliki kewenangan dalam proses pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya
dalam kegiatan penanggulangan banjir. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan penanggulangan banjir terdiri dari tujuh tingkat yang didasarkan pada
mekanisme interaksinya, yaitu: (1) penolakan (resistance/opposition); (2)
pertukaran informasi (information-sharing); (3) konsultasi (consultation with
no commitment); (4) konsensus dan pengambilan kesepakatan bersama (concensus
building and agreement); (5) kolaborasi (collaboration); (6) pemberdayaan
dengan pembagian risiko (empowerment-risk sharing); (7) pemberdayaan dan
kemitraan (empowerment and partnership). (5) lemahnya penegakan hukum; (6)
kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah; (7) terbatasnya dana pemerintah.
V. Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punish)
Penghargaan (Reward) dan hukuman (Punish) merupakan
keperdulian pemerintah kota terhadap perbaikan kota, penghargaan perlu
diberikan kepada masyarakat atau warga serta komunitas masyarakat yang
memberikan sumbangsih besar terhadap keberhasil program pemerintah, parameter
yang menjadi acuan adalah tingkat keberhasilan komunitas tersebut ditinjau dari
hasil dan manfaat yang diperoleh yakni makin meningkatnya kesadaran masyarakat
akan perlindungan lingkungan mereka terhadap bencana banjir (Flood Disaster),
sehingga hasil yang didapatkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat kota.
Sebaliknya adanya hukuman (Punish) dalam hal ini bukan dalam bentuk hukuman
dalam ranah hukum, namun memberikan kesadaran bagi warga masyarakat bahwa
ketidak perdulian terhadap lingkungan akan berdampak pada bereaksinya alam
(hukuman) bagi warga masyarakat. Sebelum hukuman dari alam maka kesadaran yang
tinggi dari warga masyarakat dan dari seluruh unsur perlu ditingkatkan.
2.2 TOPIK II : PENCAK SILAT
A. SEJARAH
Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki
cara dalam melindungi diri dan mempertahankan hidupnya dari tantangan alam,
sehingga mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang
ada di alam sekitarnya, seperti : gerakan kera, harimau, ular, burung elang.
Bela diri juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam
berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Bela diri
juga sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan besar, seperti kerajaan Sriwijaya,
dan Majapahit, yang mana memilik pendekar-pendekar dan prajurit yang
kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Sedangkan menurut penilit
silat Donald F. Draeger, untuk mengetahui sejarah dan berkembangnya silat dapat
dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik
(Hindu-Budha) serta pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda silat
di Candi Prambanan dan Borobudor. Sementara itu Sheikh Shamsuddin berpendapat
bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini
karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan
yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara
lainnya.
Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14
di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran
agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual.
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari
rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah
asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para
pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung,
Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para
pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka
dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat
pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18
Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Kini IPSI tercatat
sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Beberapa organisasi silat nasional maupun internasional mulai
tumbuh dengan pesat. Seperti di Asia, Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini
telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan
internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
3) Gerakan Dalam
Pencak Silat
a) Teknik
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan
dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan
telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan,
sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan
lain-lain.
b) Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian
gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan
untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat
dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah,
atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat
digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
a) Teknik
Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi)
dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung,
sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara
berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka
pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
Bentuk-bentuk gerakan dasar antara lain:
1) Belaan
pembuangan-tangkisan-hindaran/elakan-pelepasan
kuncian-tangkapan
Belaan adalah suatu usaha mempertahanka diri yang dilakukan
baik dengan tangan maupun kaki sewaktu menerima serangan.
Macam-macam belaan antara lain:
1). Pembuangan:
Pembuangan adalah teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan
memaksa dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.
2). Tangkisan
Tangkisan adalah teknik belaan dengan cara mengadakan kontak
langsung (benturan) terhadap serangan lawan, dengan jalan membendung atau
mengalihkan serangan. Berbagai posisi dalam menangkis dapat dilakukan, baik
dengan melangkah maupun diam di tempat, dengan memperhitungkan posisi terbaik
atau menguntungkan untuk melakukan serangan balasan yang cepat. Yang perlu
diperhatika dalam tangkisan adalah koordinasi antara sikap kuda-kuda, sikap
tubuh dan sikap tangan.
Adapun tangkisan terdiri dari dua macam, yaitu:
- Tangkisan (benturan) dengan tangan
- Tangkisan (benturan) dengan kaki
3). Hindaran/elakan
Hindaran/elakan adalah teknik belaan dengan cara memindahkan
sasaran dari lintasan serangan.
Teknik elakan dapat dilakukan dengan cara:
- Melangkah dengan satu kaki
- Di tempat
- Memindahkan dua kaki
Elakan yang baik adalah dapat menghindarkan serangan dan
dapat melakukan gerakan lanjuta (pola sambut) dengan baik).
4). Pelepasan Kuncian
Pelepasan kuncian adalah usaha untuk melepaskan diri dari
tangkapan lawan, dilakukan dengan cara menggunakan satu tangan atau dua tangan.
2) Serangan
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan
dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan
telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan,
sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan
lain-lain.
a). dengan tangan:
pukulan-colokan-tebasan-sodokan-sikutan-kuncian
b). dengan kaki: tendangan-dengkulan-menjatuhkan (serampang,
ungkit, sapu)
Macam-macam serangan yanga dapat dilakukan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a). Serangan dengan tangan
serangan dengan tangan dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk, yaitu mengepal, terbuka dan terbuka sebagian dengan memperhatikan
lintasan serangan.
Lintasan serangan:
- ke depan lurus
- dari samping
- dari bawah
Macam-macam serangan dengan tangan antara lain:
- pukulan
- colokan
- tebasan
- sodokan
- sikutan
- kuncian
- tangkapan
b). Serangan dengan kaki
seperti pada serangan tangan, serangan dengan kaki juga
memperhatikan unsur-unsur teknik tersebut di atas untuk mengembangkan teknik
yang benar. Untuk memantapkan serangan kaki perlu diperhatikan cara melatih
kekuatan dan keseimbangan kaki tumpu pada waktu melakukan tendangan dan sikap
tubuh serta sikap tangan yang baik, sehingga teknik tendangan menjadi baik dan
dapat melakukan sikap atau tindakan berikutnya setelah melakukan tendangan.
Adapun macam-macam serangan kaki adalah:
1). Tendangan
Sikap awal menendang perlu dilatih dari berbagai sikap dan
posisi.
Macam tendangan adalah:
- tendangan ke arah depan (A, T)
- tendangan dari samping (C, Sirkel)
- tendangan belakang (B)
2). Dengkulan
Dengkulan dilakukan apabila jarak/jangkauan lawan sudah
terlalu dekat.
3). Serkel
4). Menjatuhkan
Menjatuhkan dilakukan dengan cara: sapuan, ungkitan, kaitan
dan guntingan.
Teknik jatuhan dapat dilakukan dengan cara:
(1). Meniadakan keseimbangan kaki tumpu (sapuan, ungkitan,
kaitan dan guntingan)
(2). Meniadakan keseimbangan dengan didahului tangkapan.
b. Tujuan:
- Melatih dasar-dasar melakukan serangan dengan tangan dan
kaki secara benar.
- Melatih dasar-dasar melakukan belaan dengan tangan dan
kaki secara benar.
- Melatih pembentukan sikap yang benar.
c. Pelaksanaan:
- Kesalahan harus segera dibetulkan
- Pemberian aba-aba dari lambat, teratur, meningkat menjadi
cepat dan mendadak
- Merangkaikan beberapa gerakan serangan
(colok-tendangan-menjatuhkan)
- Merangkaikan beberapa gerakan belaan (tangkis-hindar)
- merangkaikan beberapa gerakan bela dan serang
tangkis-pukul-tendang.
b) Jurus
a. pengertian
jurus adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencat silat
(pasang-serang-bela) sebanyak 36 (tiga puluh enam) yang dilaksankan sambil
melangkah.
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian
gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan
untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat
dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah,
atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat
digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
b. Tujuan:
- Melatih mengembangkan suatu pola permainan pencak silat
- Menumbuhkan pengertian permainan secara teratur
- Menguasai dan meyakini teknik yang dimiliki.
c. Pelaksanaan:
- Sama dengan pembinaan senam
- Penjelasan unsur-unsur belaan dan serangan (teknik) pada
masing-masing jurus.
- Penjelasan pola langkah sesuai dengan tingkatannya tentang
cara berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaidah pencak
silat PSHT
- Pemberian aba-aba:
~ Pelan dan teratur (untuk pemahaman dan pembentukan sikap
dan teknik yang benar)
~ ditingkatkan dengan cepat dan pendadakan untuk merangsang
gerak cepat dan bertenaga
~ ditingkatkan dengan memberi aba-aba satu hitungan
- Kesalahan segera dibetulkan
- Melatih menggunakan jurus secara berpasangan (2A
><>
- Melatih menggunakan pasangan minimal dua gerakan untuk
satu pasang dengan peningkatan atau tambahan macam penggunaan pasang di tingkat
atasnya.
· Pasang
a. Pengertian
adalah suatu sikap gerak lemah lembut gagah berwibawa dan
terbuka yang merupakan perangkap agar lawan mau menyerang, tetapi disertai
kesiapan untuk melakukan belaan dilanjutkan serangan masuk
b. Tujuan:
- Melatih menyiapkan kondisi siap menyerang dan siap diserang
- Melatih meyakini jurus
c. Pelaksanaan:
- melatih perpindahan gerak dari satu gerak ke gerak lain
dengan menggunakan pasang berlainan
- penggunaan pasamg masing-masing jurus
· Pelepasan
Kuncian
a. Pengertian:
adalah suatu teknik untuk melepaskan kuncian lawan
dilanjutkan dengan gerakan mengunci lawan
b. Tujuan:
- Melatih mengambil bagian-bagian tubuh lawan yang lemah
- Melatih memanfaatkan bagiantubuh sendiri untuk menyerang
lawan
c. Pelaksanaan:
Melatih ketepatan dan kecepatan gerak disertai tenaga
· Belaan
Belati
a. Pengertian:
adalah suatu teknik untuk menerima serangan belati dengan
tangan kosong
b. Tujuan:
Melatih keberanian menghadapi lawan bersenjata
c. Pelaksanaan:
Melatih kecepatan dan ketepatan gerak disertai tenaga.
· Senam Toya
a. Pengertian:
adalah suatu gerakan serang bela menggunakan toya yang
dilakukan di
tempat
b. Tujuan:
- melatih dasar gerakan jurus toya
- melatih sikap koordinasi yang benar antara sikap tangan
memegang toya dengan tubuh dan kuda-kuda kaki
- melatih gerak memegang toya dengan benar
c. Pelaksanaan:
- Pemberian aba-aba dari lambat, teratur, meningkat menjadi
cepat dan mendadak
- Kesalahan segera dibetulkan
· jurus Toya
a. Pengertian:
adalah suatu rangkaian gerakan teknik pencak silat dengan
menggunakan toya yang dilaksanakan sambil melangkah.
b. Tujuan dan Pelaksanaan
sama dengan jurus
4) Aspek dan Bentuk
Pencak Silat
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
1. Aspek Mental
Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter
mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu
seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain
2. Aspek Seni
Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu
aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk
seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
3. Aspek Bela Diri:
Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela
diri dalam pencak silat. Istilahsilat, cenderung menekankan pada aspek
kemampuan teknis bela diri pencak silat.
4. Aspek Olah Raga:
Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba
menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.. Aspek olah raga meliputi pertandingan
dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
5) Manfaat Adanya
Pencak Silat
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam olahraga beladiri
pencak silat adalah:
1. Kesehatan
dan kebugaran
2. Membangkitkan
rasa percaya diri
3. Melatih
ketahanan mental
4.
Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi
5. Membina
sportifitas dan jiwa ksatria
6. Disiplin dan
keuletan yang lebih tinggi
6) Jenis Organisasi
Pencak Silat di Tingkat Nasional maupun Internasional
1. PERSILAT : Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa
2. IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia
3. FP2STI : Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional
Indonesia
4. EPSF : European Pencak Silat Federation
2.3 TOPIK III : BULUTANGKIS
A. SEJARAH
Dalam perkembangannya sejarah bulu tangkis berkembang di
Mesir kuno sekitar 2000 tahunlalu tetapi juga disebut-sebut di India dan
Republik Rakyat Cina. Nenek moyang terdininyadiperkirakan ialah sebuah
permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanparaket.
Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah
untuk menjagakok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan
tangan
Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang
disebut Battledores danShuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu
biasanya akan memakai dayung/tongkat(Battledores) dan bersiasat bersama untuk
menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya darimenyentuh tanah. Ini cukup
populer untuk menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun1854 ketika
majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini
Dalam sejarah bulu tangkis Inggris membawa permainan ini ke
Jepang, Republik Rakyat Cina,dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka
mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di
wilayah setempat mereka.
Olah raga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas
Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring
dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya
sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.
Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada
1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah
pamflet oleh Isaac Spratt, seorang
penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new
game" ("Battledore bulu tangkis - sebuah permainan baru"). Ini
melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House),
estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris.
Sejarah Bulu Tangkis di Indonesia
Pada tahun 1992 bulu tangkis menjadi olahraga olimpiade
musim panas di kejuaraan barcelona. Ketika itu tim Indonesia dan Korea Selatan
masing-masing memperoleh dua medali emas. Perkembangan bulu tangkis di negara
Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan pertumbuhan bangsa indonesia, saat zaman
sebelum revolusi fisik, gerakan kemerdekaan, hingga saat periode zaman orde
baru. Sebagian orang-orang belanda membawa jenis cabang olahraga bulu tangkis,
kemudian pelajar-pelajar yang pulang dari luar negeri setelah menunutut ilmu.
Hal ini yang membuat olahraga bulu tangkis bisa populer dan digemari
masyarakat.
Sekitar tahun 1940 cabang olahraga bulu tangkis banyak
disukai oleh seluruh lapisan masyarakat hingga pelosok negeri. Namun untuk
cabang olahraga ini baru menemukan organisasi setelah tiga tahun diadakannya
PON pertama di Solo tahun 1984, tepatnya tanggal 5 mei 1951.3. Prestasi Indonesia dalam Kejuaraan Renang
Internasional
Prestasi peneran Indonesia baik di tingkat Nasional maupung
di tingkat Internasional sangat kurang. Menurut pengamat olahraga nasional
mengenai penyebab menurunnya prestasi renang, wartawan tabloid olahraga “Bola”,
Ignatius Sunito dan para pengamat olah raga lainnya mengatakan kalau masalah
dana adalah penyebab utamanya. Terbatasnya dana membuat PRSI kesulitan untuk
melaksanakan kompetisi renang tingkat nasional seperti dulu lagi, kurangnya
rasa nasionalisme pemain, kurangnya manajemen dalam Official, kurangnya
disiplin.
B. PERATURAN
1. Peraturan Service Bulutangkis
Servis (Service)
adalah pukulan pertama ke arah lawan yang dilakukan untuk memulai suatu
permainan bulutangkis. Cara melakukan service yang baik dan benar bisa dibaca.
Service dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang
menyeberangi jaring ke area lawan. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka
kok dinyatakan keluar dan poin untuk penerima servis. Antara partai tunggal dan
ganda memiliki area servis masing-masing yang berbeda. Pengungdian service
dilakukan sebelum permainan dimulai, seorang wasit melakukan pengundian
terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang pertama berhak melakukan servis.
Beberapa aturan service yang perlu diperhatikan dalam
pemainan bulutangkis antara lain :
§ Pada saat
memukul, tigngi kepala (daun) raket harus berada dibawah pegangan raket.
§ Perkanaan kok
harus berada di bawah pinggang.
§ Kaki kiri
statis.
§ Kaki hanya
bergeser, tetapi tidak lepas dari tanah.
§ Rangkaian mengayun
raket, harus dalam satu rangkaian.
§ Penerima servis
bergerak sesaat setelah servis dipukul.
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam servis
permainan olahraga bulutangkis :
§ Pada saat
memukul bola, kepala (daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket.
§ Titik perkenaan
kok, kepala (daun) raket lebih tinggi dari pinggang.
§ Posisi kaki
menginjak garis tengah atau depan.
§ Kaki kiri
melakukan langkah.
§ Kaki kanan
melangkah sebelum kok dipukul.
§ Rangkaian mengayun
raket dan memukul kok tidak boleh terputus.
§ Penerima servis
bergerak sebelum kok servis dipukul.
2. Garis Lapangan untuk Area Permainan dan Service
Bulutangkis
Lapangan yang digunakan untuk pertandiangan bulutangkis
antara partai ganda dan partai tunggal memiliki perbedaan. Di dalam permainan
bulutangkis setiap garis lapangan memiliki fungsinya masing-masing. Garis
samping memiliki 2 garis (Luar dan dalam) dan garis belakang juga memiliki 2
garis (Luar dan dalam).
Untuk area bidang permainan bulutangkis, garis samping dalam
dan garis belakang luar digunakan untuk area permainan tunggal sedangkan garis
samping luar dan garis belakang luar digunakan untuk area permainan untuk
partai ganda.
Bidang area service permainan bulutangkis untuk partai
tunggal adalah garis samping dalam dan garis belakang luar, sedangkan untuk
area service untuk partai ganda adalah garis samping luar dan garis belakang
bagian dalam.
3. Partai/ Bentuk Permainan Bulutangkis
Ada lima partai dalam permainan bulutangkis yang biasa
dimainkan, yaitu:
§ Partai tunggal putra, yaitu permainan yang dimainkan oleh
seorang pemain putra dengan seorang pemain putra dari lawan. Contoh pemain
tunggal putra adalah Taufik Hidayat.
§ Partai tunggal putri , yaitu permainan yang dimainkan oleh
seorang pemain putri dengan seorang pemain putri dari tim lawan. Contoh pemain
tunggal putri adalah Susi Susanti.
§ Partai ganda putra, yaitu permainan yang dimainkan oleh
dua orang pemain putra dengan dua orang pemain putra dari tim lawan. Contoh
pemain ganda putra adalah Hendra Setiawan dan Muhammad Ahsan.
§ Partai ganda putri, yaitu permainan yang dimainkan oleh
dua orang pemain putri dengan dua orang pemain putri dari tim lawan. Contoh
pemain ganda putri adalah Greysia Poli dan Nitya Krishinda.
§ Partai ganda campuran,yaitu permainan yang dimainkan oleh
pasangan putra putra dengan pasangan putra putra putri juga dari tim lawan.
Contoh pemain ganda campuran adalah Tantowi Ahmad dan Lilyana Natsir.
4. Sistem Penilaian/ Perhitungan Point dalam permainan
bulutangkis
Ada beberapa jenis penilaian atau perhitungan poin dalam
badminton/ bulutangkis diantaranya adalah sistem pindah bola dan sistem reli
poin. Beberapa peraturan yang diterapkan untuk perhitungan poin menggunakan
sistem pindah bola dan sistem reli poin.
Sistem pindah bola dalam permainan bulutangkis
§ Sebelum
pertandingan dimulai, harus ditentukan salah seorang pemain dari tiap-tiap
pasangan sebagai “orang pertama”. Pilihan ini berlaku untuk setiap set yang
dimainkan.
§ Jumlah poin genap
atau ganjil menentukan posisi “orang pertama” saat melakukan servis.
§ Setiap pasangan
mempunyai dua kali kesempatan servis (masing-masing untuk tiap pemain) sebelum
pindah bola, kecuali servis pertama pada tiap-tiap awal set tidak mendapat
kesempatan kedua.
§ Saat pindah bola,
servis pertama selalu dilakukan oleh pemain yang berada di sebelah kanan, bukan
oleh “orang pertama”.
Sistem reli poin dalam permainan bulutangkis
§ Setiap pasangan
hanya mendapat satu kali kesempatan servis, tidak ada servis kedua.
§ Servis dilakukan
oleh pemain yang posisinya sesuai dengan poin yang telah diraih oleh pasangan
tersebut.
§ Pemain yang sama
akan terus melakukan servis sampai poin berikutnya diraih oleh lawan.
Sistem perhitungan poin pada bulu tangkis telah mengalami
banyak perubahan, mulai dari sistem klasik yaitu pindah bola 15 poin sampai
sistem terbaru, sistem reli 21 poin. Terhitung sejak Mei 2006 pada kejuaraan
resmi seluruh partai tunggal maupun ganda menggunakan sistem perhitungan 3 × 21
reli poin
Poin
tertinggi dalam setiap set adalah 21 poin kecuali jika terjadi perpanjangan
(Deuce) yang dikarenakan terjadi persaingan yang sangat ketat antara kedua
pemain sehingga harus diperpanjang hingga selisih jarak 2 poin sesuai dengan
ketetapan.
Pemain bisa
dikatakan menang dalam sebuah pertandingan jika pemain tunggal maupun ganda
bisa memenangkan dua set pertandingan secara langsung. Jika terjadi hasil yang
sama kuat dalam dua set, maka dilanjutkan dengan set permainan yang ketiga.
C. TEKNIK / SKILL
1. Teknik Dasar Menggunakan Raket
Memegang (grip) dalam permainan bulu tangkis terdiri atas 3
jenis, yaitu:
Cara Memegang Raket dengan Teknik Forehand
Pelaksanaannya:
o Pegang raket di
tangan kiri dan posisi raket tegak lurus.
o Tangan kanan
memegang senar.
o Tangan kanan
arahkan ke pegangan raket.
o Telapak tangan
berada pada ujung pegangan tangan.
o Jari telunjuk agak
terpisah dari jari-jari lainnya.
o Ibu jari melingkar
wajar.
o Jari-jari lainnya
agak renggang.
Cara Memegang Raket dengan Teknik Backhand
Pelaksanaannya:
Ibu jari posisinya melingkar tegak lurus di sepanjang
pegangan raket.
Ibu jari ke dalam sebagai pengungkit.
Pegangan berubah dengan berputarnya raket ¼ putaran.
Cara Memegang Raket dengan Teknik Frying pen
Pelaksanaannya:
o Letakkan raket di
lantai, pegang dan angkatlah.
Bidang raket sejajar dengan tubuh.
Seperti memegang penggorengan atau palu.
2. Teknik Dasar Pukulan Forehand
Dalam melakukan permainan bulutangkis teknik dasar forehand
merupakan jenis pukulan yang paling sering digunakan. Forehand adalah pukulan
yang dilakukan dengan cara mengayunkan badan dari belakang ke arah depan raket
dengan telapak tangan menghadap shuttlecock.
Cara Melakukan Teknik Dasar Pukulan Forehand
· Pegang raket
dengan teknik forehand.
· Posisi kaki
kiri berada di depan dan posisi kaki kanan berada di belakang.
· Posisi badan
miring ke arah kanan.
· Pukul
shuttlecocks sambil dengan menggerakan bahu ke depan.
· Biarkan
gerakan tangan terus ke bawah.
· Apabila kamu
ingin melakukan pukulan clear, pukulah shuttlecocks sekeras mungkin.
3. Teknik Dasar Footwork (Gerakan pada Kaki)
Kelincahan posisi gerakan kaki ke samping, depan dan
belakang merupakan salah satu teknik yang harus diketahui. Tujuannya adalah
agar kita dapat menjangkau kok dari area manapun. Sehingga jika berada di
posisi yang tepat kita bisa menyerang ke daerah lawan dan melakukan pukulan
yang berkualitas dan mematikan.
4. Teknik Dasar Sikap dan Posisi Badan Pada Permainan
Bulutangkis
Pada posisi badan harus bertumpu kepada kedua kaki agar
seimbang dalam melakukan teknik penyerangan maupun bertahan. Menekuk atau
membengkokkan kedua lutut kaki, kemudian ketika berdiri menggunakan bagian
ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap tegak. Posisi kedua kaki sedikit
terbuka selebar bahu dengan posisi sejajar, bisa juga salah satu kaki berada di
depannya. Lengan siku melebar ke samping badan sehingga tangan yang memegang
raket bebas bergerak. Ketinggian kepala raket harus lebih tinggi dari kepala
kita.
4. Teknik Dasar
Ketika Posisi Memukul (Hitting Position)
Jika kamu memegang raket menggunakan tangan kanan, usahakan
posisi badan menyamping ke arah net dan kaki kiri berada di depan kaki kanan.
Posisi badan harus berada di belakang kok yang akan dipukul dan bahu yang kanan
agak ditarik ke belakang. Ketika memukul posisi bahu kanan dan kaki kanan harus
ada perpindahan yaitu dari posisi belakang ke depan.
6. Teknik Dasar Service
Teknik ini dilakukan dengan mengarahkan kok ke area kanan,
kiri depan maupun belakang pemain lawan. hindari melakukan service dengan
posisi kok yang tanggung dan tepat berada di depan pemain lawam, hal itu akan
memudahkan lawan dalam mematikan pergerakan kita. Ada 3 macam teknik service:
· Service
Forehand Pendek
Pegang bola dengan tangan kiri setinggi dada, kepala raket
mengarah ke bawah.
Ayun raket ke depan, pukul dengan pelan.
Jangan menggeser kedua kaki.
· Service
Forehand Panjang
Berdiri kangkang, berat badan di kaki belakang.
Tangan kiri yang memegang bola, jatuhkan tepat di depan.
Putar badan pada saat berat badan berpindah dari kaki
belakang ke kaki yang di depan.
Pergelangan tangan dan lengan berputar.
Bola dipukul tinggi dan jauh.
Sebelum bola dipukul, kedua kaki jangan bergeser.
Gerakan akhir servis, arahkan tangan melampaui bahu kiri.
· Service
Backhand
Memukul kok menggunakan raket bagian luar, jika kamu
memegang raket menggunkan tangan kanan teknik ini dilakukan dengan posisi kaki
kanan berada di depan sedangkan kaki kanan berada di belakang. Teknik ini
menggunakan ayunan yang relatif pendek dan tidak harus dengan tenaga yang
penuh. Lakukan hal sebaliknya jika kamu memegang raket menggunakan tangan kiri.
7. Teknik Dasar Overhead
Satu-satunya cara jika ingin melakukan teknik ini adalah
dengan memegang dengan teknik forehand. Hal ini dilakukan karena kok berada
jauh dibelakang posisi kita, pukulan ini dilakukan seperti gerakan melempar.
8. Teknik Dasar Smash
Pada teknik ini pukulan dilakukan dengan tenaga penuh dan
kok harus mengarah ke bagian bawah area lawan. Pukulan ini biasanya digunakan
saat posisi menyerang dan bertujuan untuk mematikan pergerakan lawan dan teknik
ini lebih baik jika dilakukan dengan lompatan yang tinggi sehingga kita
mendapatkan posisi pukulan yang sempurna.
9. Teknik Dasar Dropshot
Dropshot merupakan pukulan yang hampir sama dengan teknik
smash, namun perbedaanya adalah pada posisi raket saat akan melakukan pukulan
seperti melakukan gerakan tipuan seolah-olah seperti ingin melakukan teknik
smash. Jika pada teknik smash mengguanakan kekuatan penuh, makak berbeda dengan
teknik dropshot yaitu hanya dipukul dengan dorongan atau sentuhan yang halus.
Seorang pemain bulutangkis yang profesional biasanya saat melakukan teknik
dropshot posisi shuttlecockterjatuh tidak jauh dari net atau diantara garis
ganda pemain lawan dengan net. Dalam melakukan teknik ini ada banyak faktor
yang menentukan berhasil atau tidak, seperti faktor posisi tubuh, pegangan
raket, pergerakan kaki dan perpindahan berat badan yang harmonis.
Cara Melakukan Teknik Dasar Dropshot
· Pegang raket
dengan teknik forehand.
· Posisi pada
saat memegang raket yaitu menyamping badan ke arah bahu.
· Usahan
bergerak dengan lincah agar mendapatkan posisi badan berada di belakang
shuttlecock.
· Pukul raket
dengan posisi keadaan tangan lurus, kemudian dorong dan sentuh shuttlecock
dengan pelan seperti ingin melakukan teknik smash.
· Arahkan
shuttlecock ke daerah yang kosong yaitu ke arah kanan atau kiri depan area
permainan lawan.
10. Teknik Dasar Netting
Teknik netting merupakan pukulan yang tidak terlalu keras
yang berada tipis di dekat net. Jarang pemain yang bisa melakukan teknik ini,
karena ini harus memiliki sense yang tinggi dan teknik penempatan bola yang
baik.
D. SARANA/PRASARANA
1. Lapangan Bulu
Tangkis
Lapangan bulu tangkis yang sesuai dengan peraturan
International Badminton Federation (IBF) sebagai berikut.
a. Panjang
lapangan: 13,40 meter digunakan untuk partai tunggal (single) dan ganda
(double).
b. Lebar lapangan:
6,10 meter digunakan untuk partai ganda dan ukuran 5,18 meter digunakan untuk
partai tunggal.
Ketentuan lain bahwa garis lapangan bulu tangkis diusahakan
yang berwarna jelas dan mudah dilihat, misalnya warna putih, kuning, dan
sebagainya.
2. Net atau Jaring
Net atau jaring dibuat dari tali yang halus berwarna hijau
tua. Ukuran net sebagai berikut.
a. Panjang net :
610 cm.
b. Lebar net: 76
cm.
c. Pita putih di
sisi atas net berukuran 3,8 cm.
3. Tiang Net
Tiang net dibuat dari bahan yang cukup kuat, misalnya besi.
Tiang net bentuknya bulat dengan jari tengah berukuran 3,8 cm. Tiang net
dipasang di luar garis samping.
4. Tinggi Net
Net dipasang di bagian tengah lapangan dengan ketinggian
1,524 meter.
5. Kok
(Shuttlecock)
Kok atau disebut shuttlecock terdiri atas kepala dan bulu
kepala. Bahan untuk membuat kok (shuttlecock), yaitu gabus yang berbentuk
setengah bulatan yang dilapisi dengan kulit.
Pada gabus ditancapkan bulu unggas yang jumlahnya 14 sampai
16 helai. Garis tengah gabus, yaitu 25–28 mm garis tengah diujung atas adalah
54–56 mm. Bulu-bulu itu diikat dengan benang. Ketinggian bulu dari permukaan
gabus hingga permukaan atas, yaitu 64–74 mm. Kok yang standart beratnya antara
4,73–5,50 gram.
6. Raket (Pemukul)
Alat untuk memukul kok (suttlecock) dalam permainan bulu tangkis
disebut raket. Raket beratnya kurang dari 150 gram. Bahan yang digunakan untuk
membuat raket yaitu:
a. Kayu
b. Aluminium
c. kayu dan
aluminium
d. fiberglas, dan
e. Arang (carbonex)
BAB III
PENUTUP
Segala sesuatu tidak akan menjadi kenyataan sebelum kita
mengalami sendiri, demikian juga kreasi dan inovasi hanya akan menjadi Tulisan
tidak bermakna diatas kertas sebelum direalisasikan didunia nyata, marilah kita
bangun indonesia yang sehat dengan olahraga.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas bahwa olahraga telah melakukan
fungsinya. Namun demikian untuk terciptanya kemajuan di bidang olahraga, maka
perlu ada peningkatan sistem penyelenggaraan yaitu selain memberikan layanan
dalam bentuk UKM juga memberikan layanan dalam pertandingan. Hal ini
merupakan bentuk kepedulian Nasional
untuk ikut menyehatkan kehidupan bangsa melalui olahraga basket yang tepat,
cepat, akurat dan relatif dapat dijangkau oleh kebutuhan masyarakat dan
diharapkan mampu menciptakan atlet – atlet professional khususnya pada cabang
olahraga basket yang dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia.
A.B KESIMPULAN UNTUK BANJIR
Dari uraian di atas terdapat beberapa hal yang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Kebijakan pemerintah kota tentang penanggulangan bencana
masih sangat terbatas. Peraturan daerah (Qanun) yang sudah tersedia terbatas
pada kegiatan mengantisipasi saja (prevention). Sedangkan kebijakan pada saat
bencana menggunakan pedoman-pedoman yang dikeluarkan pemerintah pusat, dan
belum berbentuk peraturan daerah. Demikian halnya pada tahapan rehabilitasi
pasca bencana.
Partisipasi warga masyarakat sebagai salah satu stakeholder
masih sangat kurang. Peran pemerintah masih sangat dominan pada setiap tahap
bencana. Partisipasi masyarakat yang merupakan critical player pada tahap
sebelum bencana, memiliki pengaruh sangat kecil dalam proses dan implementasi
kebijakan. Tingkat partisipasi terbaik yang terjadi baru pada tingkat
consultation. Pada beberapa kegiatan masih pada tingkat information. Di tahap
ini masyarakat masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi
telah dimulai pada tingkat partnership pada lingkup lingkungan setempat yang
dilaksanakan secara spontan. Kegiatan tanggap darurat, di saat bencana banjir
datang, partisipasi masyarakat seimbang dengan stakeholder Tingkat partisipasi
yang dicapai adalah partnership, baik secara individu maupun kelompok
organisasi sosial. Pada tahapan rehabilitasi setelah bencana, pemerintah
kembali dominan, terutama dalam kegiatan fisik. Partisipasi masyarakat hanya sebatas
consultation. Tingkat partisipasi risk sharing dan partnership dilakukan
lingkup lingkungan setempat.
Pendanaan penanggulangan bencana masih sangat tergantung
dari APBN dan APBD Propinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama pada tahap
prevention dan rehabilitation. Sumber pendanaan dari masyarakat sebagai langkah
spontanitas kemanusiaan sudah berkembang di tahap tanggap darurat
(intervention). Prakarsa swasta dalam pembiayaan program penanggulangan banjir
(pada tahapan prevention) sudah dimulai di beberapa daerah.
B. SARAN
Supaya pertumbuhan dan perkembangan olahraga baik atletik,
basket, maupun sepak bola berjalan dengan normal, maka sebagai olahragawan,
harus memotivasi dan merangsang masyarakat umum (masyarakat/pelajar) dalam
pertumbuhan dan perkembangan untuk mencintai olahraga supaya keingintahuan
tentang dunia olahraga bertambah. Supaya generasi yang akan datang lebih
optimal dalam bidang olahraga sehingga dalam era globalisasi ini bangsa kita
tidak tertinggal perkembangannya dalam berbagai bidang terutama dalam bidang olahraga.
B.B SARAN UNTUK BANJIR
Dalam rangka menyusun rekomendasi kebijakan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan penanggulangan banjir, perlu ditetapkan lebih cermat
tingkat partisipasi pada setiap tahap kegiatan, sesuai dengan jenis kegiatan
penanggulangan banjir. Untuk merumuskan strategi partisipasi, juga diperlukan
pengelompokan kegiatan penanggulangan banjir atas dasar: (1) besarnya dampak
langsung maupun tidak langsung yang akan diterima masyarakat; (2) jumlah dan
keragaman penerima dampak kegiatan; (3) intensitas biaya sosial dari suatu
kegiatan yang akan diterima oleh masyarakat.
Pembentukan komunitas-komunitas lingkungan dapat memberikan
dorongan pada pemerintah untuk lebih konsen terhadap perannya dalam tindakkan
pencegahan sebelum banjir, pada saat banjir dan setelah banjir dan begitu juga
partisipasi warga masyarakat akan sangat membantu mengurangi beban pemerintah
dengan pembagian peran dan partisipasi dari seluruh warga masyarakat, sehingga
terjadi suatu komunikasi yang intensif antar lembaga Pemerintah Kota dan
komunitas-komunitas lingkungan dapat maksimal.